Dampak Pelemahan Rupiah Ke Shopping Mall
bw regency
Handaka Santosa sebagai Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia mengharapkan pemerintah untuk dapat melakukan intervensi agar bisa menjaga nilai tukar Rupiah. Tujuan melakukan intervensi adalah untuk menjaga agar Rupiah tidak terus tergerus. Diharapkan dengan Intervensi, Rupiah dapat kembali turun dan berada di batas psikologis Rp 11.000.
Menurut Handaka dengan pelemahan Rupiah, calon konsumen menjadi ragu untuk berbelanja karena mereka berpikir bahwa harga barang telah naik secara tajam. Keadaan demikian membuat mereka menunda keinginan berbelanja mereka.
Handaka juga mengatakan dengan pelemahan Rupiah secara teori akan berdampak positif kepada eksportir, tapi di lain sisi akan menjadi bumerang di dalam pengembangan produksi ekspor dalam negeri. Seperti yang kita ketahui, sebagian besar bahan baku barang ritel masih di impor dan ini menyulitkan produsen karena biaya produksi akan menjadi lebih besar.
Rupiah telah berada di angka Rp 13.000 dari sejak bulan Maret 2015, dan angka ini terus menanjak dari tahun 2014. Pada sekitar bulan May 2014, Rupiah masih berada di angka Rp 11.000 dan dalam waktu kurang dari setahun, rupiah telah mengalami kenaikkan hampir 20 persen.
Rupiah akan membutuhkan waktu cukup lama untuk kembali turun ke angka Rp 11.000, tetapi para pengelola pusat belanja butuh kepastian akan jumlah waktu yang diperlukan untuk mencapai angka tersebut. Handaka mengatakan pihak pengelola mall menunggu kepastian, karena bila harga sewa telah dinaikkan dimana hal ini akan membebani pihak penyewa. Akibatnya harga barang akan naik dan akan berdampak langsung ke konsumen.
Sampai saat ini, pengelola pusat belanja belum menaikkan tariff sewa karena kenaikkan harga dolar. Kenaikkan yang akan terjadi pada bulan April karena kenaikkan Tarif Daftar Listrik.
Sumber: Kompas
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.