Perempuan China Jual Mahal, Harga Rumah Meroket
Angka kelahiran China memang rendah, ini dipicu kebijakan Satu Anak yang diterapkan sejak awal 1980. Menurut data 2011, angka kelahiran anak di China adalah 1,64 per perempuan, dari angka 4,77 anak per perempuan pada 1970-an. Tapi kebijakan Satu Anak telah memberikan dampak lain selama bertahun-tahun setelah itu. Di antaranya adalah maraknya pemaksaan sterilisasi, aborsi, dan rendahnya populasi perempuan karena orang tua lebih menyukai punya anak lelaki daripada perempuan.
Pada pekan lalu pemerintah China mengindikasikan akan melonggarkan kebijakan Satu Anak itu. Ini ada kaitannya dengan situasi demografi China yang makin didominasi orang tua dan angkatan yang sudah tak produktif di dunia kerja.
Kalau situasi ini bisa berubah, maka dampaknya pada perekonomian China salah satunya adalah menurunnya harga properti. Bagaimana caranya?
Di China, harga properti akhir-akhir ini sangat tinggi sehingga tak banyak orang China yang mampu membeli rumah sendiri. Studi membuktikan bahwa tingginya harga rumah di China terkait dengan ketidakseimbangan gender.
Rasio populasi lelaki dan perempuan adalah 1,15 lelaki usia nikah (15-30 tahun) untuk satu perempuan. Alhasil, urusan berkencan di China menjadi begitu kompetitif di antara lelaki. Perempuan China pun bisa jual mahal.
Kalau di negeri seperti Amerika Serikat melamar cukup dengan cincin, di China lelaki harus punya rumah atau setidaknya punya uang muka yang cukup besar. Dampaknya adalah harga rumah melonjak.
Menurut studi yang dilakukan Profesor Shang-Jin Wei dari Columbia University pada 2012, pada periode 2003-2009 sebanyak 48 persen (setara dengan US$ 8 triliun) kenaikan value properti di 35 kota besar China terkait dengan ketidakseimbangan jumlah populasi lelaki dan perempuan itu.
Kalau kebijakan Satu Anak dilonggarkan, Wei memprediksi permintaan akan rumah akan turun. Alasannya ada dua: Pertama, kalau pasangan punya lebih dari satu anak maka rasio populasi lelaki-perempuan bisa diseimbangkan.
Kedua, kata Wei, kalau lebih banyak lelaki yang bisa segera mendapatkan pasangan, maka pasar perkawinan di China tidak akan terlalu kompetitif lagi.
Juga, naiknya angka kelahiran akan memaksa publik untuk mengeluarkan duit yang lebih banyak. Selama ini publik China lebih banyak menabung atau menginvestasikan duitnya dengan membeli properti yang kemudian memicu naiknya harga terus menerus.
Tapi, kalau ada tambahan anak maka pengeluaran orang tua akan bertambah dan demand akan properti pun tak setinggi sebelumnya.
Estimasinya, pelonggaran kebijakan Satu Anak akan melahirkan tambahan 1-2 juta anak setiap tahun. Saat ini saban tahun lahir 15 juta anak per tahun. Wei bilang, harga rumah akan turun kalau semakin banyak keluarga di China yang memilih menambah anak.
Sumber : Detik
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.