Pertumbuhan Harga Lahan Di Jakarta dan Asia Melambat
buminusantara
Pertumbuhan harga lahan bagi pengembangan properti premiun di Asia dinilai sangat lambat. Hal ini berdasarkan laporan terbaru Knightfrank mengenai pertumbuhan harga tanah yang hanya mengalami kenaikan sebesar 1,1 persen pada semester pertama di tahun 2015.
Jika dilihat dari kenaikan tersebut artinya pertumbuhan harga tanah mengalami penurunan sebesar 3 persen dalam jangja waktu enam bulan sebelumnya. Walaupun pembangunan perumahan premium sedikit tersendat namun harga tanah untuk kantor premium justru naik sebesar 3,6 persen jika dibandingkan pada kenaikan sebelumnya sebesar 2,5 persen.
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apa penyebab dari penurunan harga tanah tersebut. Padahal seperti yang diketahui bahwa investasi asing yang mendorong kinerja pada sektor perumahan hingga saat ini masih terus berlangsung, namun pertumbuhan tetap tersendat pada kuartal kedua. Hal ini menunjukkan bahwa harga mulai naik dan momentumnya cenderung moderat pada semester kedua pada tahun ini.
Di lihat dari sisi pasaran Asia di bidang properti, yang paling terkena imbasnya dari keterlambatan ini yakni Tiongkok. Di Tiongkok penjualan tanah jatuh hingga 54,8 persen. Hal ini terjadi pada saat pemerintah daerah di negara ini mulai mengurangi pasokan tanah dan mematok harga tinggi. Pendekatan strategis ini dimanfaatkan oleh negara Tiongkok dan dijadikan sebagai sumber utama pendapatan bagi negaranya.
Dampak dari adanya pendekatan ini, para pengembang pun ikut terpengaruh. Hingga suatu saat, pengembang di Tiongkok menghadapi pukulan ganda, yaitu dari harga tanah yang tinggi dan melemahnya penjualan.
Baru-baru ini pasar saham mengalami tantangan dengan jatuhnya nilai saham dipasaran sehingga mencegah kemampuan pengembang untuk menaikkan modal yang mereka butuhkan disebabkan adanya pembatasan.
Jatuhnya pasar saham menyebabkan lebih banyak pengembang bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain guna untuk menyatukan sumber daya keuangan serta mengejar strategi aset ringan Negara ataupun kota lain yang dalam hal ini yang berpengaruh adalah Bangkok, Jakarta, Tokyo serta Mumbai.
Keadaan di kota-kota tersebut sama dengan adanya perlambatan dalam pergerakan indeks harga. Perlambatan ekonomi sangat mempengaruhi sektor bisnis dan kepercayaan konsumen. Sedangkan pembelian tanah oleh investor di wilayah tersebut secara keseluruhan juga dinilai lambat.
Di kota Jakarta khususnya, pemerintah tidak mempunyai ruang untuk bermanuver. Hal ini dapat dilihat dari pengeluaran fiskal untuk infrastruktur yang tampak akan terhambat oleh kurangnya penerimaan pajak yang secara signifikan. Mengenai kebijakan moneter itu sendiri dapat dibatasi oleh peningkatan inflasi dan defisit transaksi yang sedang berjalan.
Pasar perumahan dipengaruhi oleh adanya kenaikan pajak barang mewah yang diusulkan. Di sisi lain tanah komersial, masih menikmati adanya pertumbuhan harga yang cukup sehat. Meskipun demikian kedepannya kemungkinan akan mengalami goncangan, harga tanah di lokasi premium diharapkan dapat tetap stabil.
Sumber : Kompas
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.