Pro Dan Kontra Pembangunan Giant Sea Wall
Proyek Bendungan Garuda Raksasa (Giant Sea Wall) -
Rencana Pembangunan Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Raksasa sudah hampir dipastikan akan dilaksanakan. Proyek raksasa yang memakan biaya tidak sedikit ini diharapkan akan menjadi solusi besar untuk pembangunan pesisir Jakarta. Namun, ternyata tidak sedikit juga pihak yang tidak ingin terlaksananya proyek tersebut.
Pembangunan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau pengembangan terpadu pesisir ibukota akan dimulai groundbreaking pada 9 Oktober nanti. Banyak yang beranggapan bahwa keberadaaan tanggul bernilai Rp 250 triliun ini akan mampu menjadi pelindung kota Jakarta dari ancaman banjir hingga 100 tahun.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Firmanto mengatakan Pembangunan Giant Sea Wall tidak hanya melibatkan insinyur lokal, tetapi juga bekerja sama dengan insinyur dari luar negeri. Walaupun Groundbreaking sudah hampir dekat, tetapi pembangunan akan dimulai tahun 2015.
Djoko meyakinkan akan pentingnya tanggul ini. Dari catatannya, permukaan tanah DKI tiap tahun terus mengalami penurunan. Bahkan menurutnya kota Jakarta akan tenggelam 15 tahun lagi. Karena itu, dengan tanggul raksasa bisa meminimalisir tenggelamnya Jakarta.
Berdasarkan investasi yang dikeluarkan, Djokopun berpendapat proyek ini akan memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, bisa dimanfaatkan sebagai bendungan untuk penyediaan air baku dari 13 sungai yang masuk. Dan nilai komersil juga akan bisa menguntungkan dengan berdirinya rumah susun dan bandar besar dengan pelabuhan.
Anggapan Negatif
Namun ada saja yang memiliki perbedaan pandangan dari Menteri PU ini. Salah satunya dari Aktivis Kelautan LSM KIARA (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan).
Mereka beranggapan fungsinya Giant Sea Wall selain sebagai Bendungan dari 13 sungai malahan akan mencemari Teluk Jakarta karena proses sedimentasi yang terganggu.
Kemudian fungsinya sebagai penahan Gelombang, berdasarkan contoh dari Rotterdam Belanda pendekatan ini sudah tidak menjadi trend lagi. Pendekatan melawan air harus diimbangi dengan pendekatan kolaboratif antara aspek teknis dan sosial dan ekologi.
Di Belanda sendiri pembangunan Dam di pesisir Belanda banyak menuai protes. Contohnya pada tahun 1970 di proyek Eastern Scheldt Dam. Sebab banyak bangunan bersejarah dan ruang hijau yang dikorbankan.
Sedangkan proyek Giant Sea Wall berpotensi untuk menggusur 16.855 nelayan di Jakarta baik yang menetap maupun pendatang.
Untuk itu, Sekjen KIARA menginginkan rencana pembangunan Giant Sea Wall ini segera dihentikan. Sebab menurutnya lebih efisien pemerintah menjalankan pembangunan kota Jakarta dengan meningkatkan daya dukung lingkungan hidup dan menyelamatkan dari bencana ekologis berupa banjir, dan lain-lain.
Sumber : Detik, Gatra
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.