Warga lebih memilih ngontrak rumah daripada di rusun
kompas
Tidak semua warga mau di Rumah susun yang telah disiapkan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk relokasi. Setelah tempat tinggalnya dibongkar untuk normalisasi beberapa lebih memilih untuk mengontrak di tempat yang menurutnya lebih baik.
Alasan mereka adalah lokasinya yang jauh dan kondisi rumah susun yang tidak memadai membuat mereka enggan tinggal di rumah susun. Dari ratusan yang rumahnya dibongkar, baru 66 warga yang bersedia tinggal dirumah susun.
Menurut Lestari, warga bantaran Kali Mampang Pela rumah susun yang disediakan tempatnya jauh. Biaya yang dikeluarkan untuk mengontrak rumah juga sama, sebulan bisa Rp 500 ribu. Selain itu kondisi rumah susunnya tidak begitu baik, ruangan yang hanya 30 m2 dengan lingkungan yang kumuh, khawatir akan mengorbankan anak-anaknya menjadi korban. Ia lebih memilih tinggal di kontrakan yang katanya lebih memuaskan.
Syaid Ali, Kepala Unit Pengelola Rusun Wilayah III DKI Dinas Perumahan dan Pembangunan Gedung DKI mengatakan rumah susun Komarudin sudah terdaftar sebanyak 66 KK. Pada hari selasa (23/09) sebanyak 43 KK sudah mendapatkan kunci. Sisanya 23 KK mendapatkan kunci pada hari senin (22/09).
66 KK tersebut adalah warga bantaran Kali Mampang Pela dan Kali Tegal Alur. Mereka juga sudah melengkapi syarat administratif untuk kepindahannya ke rumah susun.
Dari data yang didapat, warga yang terkena bongkaran adalah sebagai berikut. Bantaran Mampang Pela terdiri dari 325 KK. Sedangkan dari bantaran Kali Tegal Alur sebanyak 345 KK. Totalnya adalah 670 KK. Jadi apabila 66 KK yang sudah tinggal di rumah susun, sisanya sebanyak 606 KK enggan tinggal di rumah susun. Mereka lebih memilih sewa rumah atau ke tempat lain.
Sumber : Poskotanews
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.