Transaksi Sewa Tinggi, Harga Apartemen Stabil
Kekuatiran akan tertekannya harga apartemen dipicu dari tingginya dominasi investor ketimbang pengguna akhir (end user) dalam pembelian apartemen serta membengkaknya unit apartemen yang membanjiri pasar, dari 141.942 unit di kuartal I 2014 menjadi 190.000 unit di 2017. Tingkat serapan yang cukup tinggi, sebesar 94,3% untuk apartemen eksisting dan 70 persen untuk apartemen dalam tahap konstruksi, tidak ada artinya karena tidak dibeli seluruhnya oleh pengguna akhir (end user).
Hal ini diamini oleh Ferry Salanto, Associate Director Research Colliers International Indonesia,
"Sebaliknya, bila aktivitas pasar sewa masih tinggi seperti saat ini, harga tidak akan mengalami tekanan. Jadi, tergantung pula lokasi di mana apartemen tersebut berada. Bila berada di lokasi dengan transaksi sewa aktif seperti Selatan dan Pusat Jakarta, maka kecil kemungkinan harga mengalami tekanan," papar Ferry , Senin (7/4/2014).
Tren progresif selama triwulan I 2014 ditunjukkan pasar sewa di di Selatan Jakarta( sebesar 1% dengan rerata Rp 26,687 juta per meter persegi) , dan CBD Jakarta (17% dengan rerata Rp 38,282 juta per meter persegi) dengan tingkat hunian apartemen yang disewakan sekitar 70 persen sampai 80 persen.
"Namun demikian, perubahan harga atau lebih jauh lagi tekanan harga hanya akan berpengaruh pada proyek-proyek baru. Bukan proyek-proyek eksisting. Jadi, pergerakan dan stagnasi harga tergantung kinerja pasar. Jika leasing market-nya tidak aktif maka pengembang tentu akan bepikir ulang untuk membangun apartemen baru," tandas Ferry.
Untuk apartemen di luar area non primer, Colliers International Indonesia mencatat pertumbuhan 15% dengan Rp 18,819 juta per meter persegi.
Selatan Jakarta, CBD Jakarta, area non primer, tumbuh sebesar 3,2%, 5,8%, dan 2,8% secara tahunan.
Sumber : Kompas
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.