Mahalnya Harga Lahan dan Properti di Makassar
Para pengembang properti yakin, ke depan Makassar, Sulawesi Selatan, semakin tumbuh sebagai magnet ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPN) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Makassar mencapai rerata 8,5 persen per tahun, jauh di atas pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 5,9 persen. Hal tersebut mengindikasikan besarnya potensi kota ini untuk menarik lebih banyak lagi investasi, khususnya investasi sektor properti perumahan (landed house), apartemen, hotel, dan pusat belanja.
Demikian diungkapkan Kiplongang Akemah, Presiden Direktur PT Mutiara Property, pada jumpa pers di Makassar, Selasa (18/3/2014).
"Untuk rumah tapak, pasar menengah atas dan menengah bawah masih paling besar sampai saat ini. Harga rumah Rp 300 ke bawah itu paling laku. Sementara pasar premium sekitar 10 sampai 15 persen, dan ini juga merupakan konsumen potensial," kata Kiplongang.
Kiplongang mengatakan, meskipun selama ini memasarkan hunian menengah atas dan menengah bawah, pihaknya juga menyiapkan produk untuk kelas premium. Hal tersebut untuk mengakali semakin mahalnya harga lahan di Makassar.
Memulai proyek dengan hunian tipe menengah pada 2003, Mutiara Property melalui bendera PT Sari Makassar Indah membangun 148 unit hunian di lahan seluas 4,8 hektar. Sukses dengan proyek tersebut, lanjut Kiplongang, pihaknya kembali membangun proyek Mutiara City di bawah bendera PT Mitra Sari Makassar.
"Ada 3.700 unit rumah sederhana dengan konsep klaster di situ dan itu laku. Kami tidak rugi, karena kebetulan harga tanah belum semahal sekarang dan konsep huniannya juga jauh dari kesan kumuh sehingga disukai," katanya.
Kiplongan mengakui, saat ini harga lahan di tengah kota Makassar tak ubahnya dengan kenaikan harga lahan di kota lain. Di sekitar kawasan Pantai Losari, misalnya, harga lahan mencapai Rp 20 juta sampai Rp 50 juta per meter persegi.
Dengan kondisi itu, lanjut Kiplongang, hanya produk properti premium yang bisa dibangun. Mutiara Property pun menyiapkan produk tersendiri untuk kalangan ini, yaitu The Mutiara. Di lahan seluas 5,8 di kawasan Jl A.P Pettarani, harga termurah unit di perumahan mewah ini Rp 3,5 miliar. Adapun jumlah unit tersedia mencapai 149 hunian.
"Saat ini harga lahan sudah tidak terkontrol. Maka, jangan heran harga rumah menengah itu paling murah Rp 500 juta per unit," ujar Kiplongang.
Ia mengakui, untuk mengakali mahalnya harga lahan, banyak pengembang mulai melirik produk high rise seperti apartemen. Potensi produk properti apartemen pun cenderung meningkat.
"Demand-nya potensial," kata Kiplongang.
Pendapat senada diungkapkan M Harrys H, tim pemasaran superblok The St. Moritz Makassar Penthouse and Residences. Menurutnya, potensi properti kelas premium di Makassar semakin menarik seiring meningkatnya pertumbuhan kelas menengah atas di kota itu yang mencapai 20 persen.
"Sulawesi Selatan itu bagus sekali sebagai pasar apartemen. Apapun kalau segmen produknya pas di sini pasti dibeli," ujar Harrys.
Berdasarkan data penjualan apartemen di tower pertama superblok ini, lanjut Harrys, sebanyak 75 persen atau 225 unit apartemen sudah terjual dari 300 unit yang ditawarkan. Harga per unit dibanderol mulai Rp 750 sampai Rp 1,5 miliar.
"Responnya bagus. Mungkin, karena ini satu-satunya pengembangan properti berkonsep superblok di Makassar," ujar Harrys.
"Superblok itu kan masih hal baru di sini, ada apartemen, mal, hotel, rumah sakit dan lain-lainnya di satu proyek. Ini sudah jadi kebutuhan di tengah kota," lanjutnya.
"Kami akan memasarkan tower dua pada semester dua nanti. Jumlahnya sekitar 400 unit. Rencananya, jumlah unit yang sama juga akan dibangun untuk tower tiga. Jadi, totalnya nanti 1.200 unit dan kami targetkan 3 tahun selesai," kata Harrys.
Editor : Hilda B Alexander
Sumber : Kompas
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.