3 Penyebab Naiknya Harga Rumah
Pertumbuhan harga semua tipe rumah melambat selama kuartal IV-2013 lalu dengan indeks harga berada pada level 170,90. Kendati meningkat 1,77% dibanding kuartal sebelumnya, namun angka tersebut lebih rendah dari peningkatan yang diperoleh di kuartal sebelumnya yang mencapai 2,29%. Demikian hasil Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan Bank Indonesia selama kuartal IV-2013.
Survei yang dilakukan di 14 kota besar di Tanah Air tersebut juga menyebutkan, faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial berasal dari kenaikan harga bahan bangunan (31,62%), kenaikan upah pekerja (23,19%), dan kenaikan harga bahan bakar minyak (17,56%).
Hasil survei BI itu mengindikasikan peningkatan harga secara kuartalan (q-o-q) terjadi pada seluruh tipe bangunan, dimana yang tertinggi terlihat pada rumah tipe menengah (2,14%).
Sementara itu, berdasarkan wilayah, Surabaya mengalami kenaikan harga rata-rata paling tinggi, yakni 5,65% (q-o-q), terutama pada rumah tipe menengah (9,29%). Peningkatan harga yang cukup tinggi juga terjadi di wilayah Banjarmasin (2,50%), terutama pada rumah tipe kecil (7,50%).
Secara tahunan (y-o-y), harga properti residensial pada triwulan IV-2013 menunjukkan tren perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Indeks harga properti residensial secara tahunan tercatat sebesar 11,51%, lebih rendah dibandingkan kenaikan harga pada kuartal III-2013 (13,51%, y-o-y).
Dilihat berdasarkan tipe rumah, perlambatan kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil. Sementara itu berdasarkan wilayah, kenaikan harga paling tinggi terjadi di Manado (23,23%) terutama pada rumah tipe menengah (35,38%) dan Surabaya (21,69%) terutama pada rumah tipe kecil (25,07%).
Di sisi lain, responden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah kenaikan suku bunga KPR (24,16%), kenaikan harga bahan bangunan(18,66%), uang muka rumah(16,32%), serta pajak (11,94%).
Di lain pihak, kenaikan harga properti residensial secara tahunan (y-o-y) pada kuartal I-2014 diperkirakan melambat dibandingkan kuartal sebelumnya, dari 11,51% menjadi 9,10%.
Berdasarkan lokasi proyek, suku bunga tertinggi KPR terjadi di Kalimantan Barat (12,55%) sedangkan suku bunga KPR terendah berada di Kepulauan Bangka Belitung (8,43%).
Anto Erawan
Sumber : Rumah
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.