Berapa Seharusnya Penghasilan Anda untuk Beli Rumah Rp 1,5M ?
Para pengembang properti lebih banyak fokus menggarap bisnis perumahan segmen atas dengan harga hingga miliaran rupiah, sehingga hanya konsumen dengan penghasilan puluhan juta per bulan saja yang bisa mencicilnya. Kenyataannya, pasar segmen ini tak banyak dan cenderung membeli rumah untuk kepentingan investasi atau bukan pengguna (end user). Sementara segmen bawah yang membutuhkan rumah justru tak banyak tersentuh dari sisi pasokan yang masih minim.
"Produk (rumah) kecil itu yang merupakan kebutuhan masyarakat. Bayangkan saja kalau harga rumah yang Rp 1,5 miliar, itu sasarannya yang orang pendapatan Rp 45 juta (per bulan). Kan nggak banyak orang berpenghasilan seperti itu. Buatlah produk yang dekat dengan masyarakat," kata Wakil Presiden Direktur PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Tanto Kurniawan di dalam seminar prospek pembiayaan properti di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Kamis (28/11/2013)
Sebagai perusahaan yang bergerak di bisnis properti, Tanto tahu benar bahwa para pengembang properti lebih tertarik untuk membangun rumah mewah (tipe di atas 70 m2) dibandingkan rumah murah karena mendapat margin lebih besar.
Meski demikian, ia menggarisbawahi apabila membangun rumah murah dengan volume yang besar, maka keuntungan dari bisnis bangun rumah murah tak bisa dianggap sebelah mata.
"Kalau rumah kecil karena unit cost nya lebih tinggi dari rumah besar. Sedangkan harga jualnya, kita sesuaikan ketentuan market. Artinya marginnya lebih kecil. Tapi kalau volumenya besar, itu kan secara total itu dapat jumlah yang besar. Jadi nggak akan rugi," katanya.
Ia mengakui, meskipun ada kemungkinan untung yang sama antara bangun rumah segmen atas dengan bawah, namun kesulitan dalam pembangunan tetap menjadi pertimbangan pengembang.
"Kecenderungan pengembang itu membangun rumah besar. Nah itu sistem pengawasannya lebih murah. Yang kedua harga per m2 juga lebih murah. Sedangkan kalau rumah kecil, misalnya dengan 60 m2 dengan 2 lantai, itu kan kamar tidurnya kecil. Nah buat yang lebih kecil itu susah, karena di dalamnya complicated," paparnya.
Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan pengaturan uang muka atau loan to value (LTV) untuk kredit perumahan dan apartemen. Ia menilai pengembang dapat beralih untuk memanfaatkan pasar rumah murah karena pasar ini masih cukup besar, seiring banyak kebutuhan masyarakat yang belum mendapatkan rumah.
(mkl/hen)
Sumber : Detik
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.