Tiongkok: Pasar Properti Mulai Membaik
Tumblr
Usaha pemerintah Tiongkok untuk mengkontrol pergerakkan di bidang pemasaran hunian mulai berhasil. Pasar mulai stabil ditandai dengan melambatnya penurunan harga rumah di beberapa kota selama lima bulan terakhir terhitung sampai September tahun ini.
Menurut data Biro Statistik Nasional (BSN) Tiongkok, penurunan harga rumah terjadi di 69 dari 70 kota yang disurvei. Pada Agustus 2014, penurunan harga terjadi di 68 kota. Satu-satunya kota yang tetap stabil adalah kota Xiamen di Propinsi Fujian. Hingga bulan Agustus lalu harganya masih naik.
Penurunan terbesar terjadi di kota Bengbu di propinsi Anhui, kota Guilin di propinsi Guanxi, dan kota Luzhou di propinsi Sichuan. Selama bulan September, tiga kota ini mengalami tingkat penurunannya sama, yakni 1,9 persen. Pada bulan Agustus penurunan terbesar di ada di kota Hangzhou, yakni 2,1 persen. “Meskipun setiap bulan harga rumah tetap turun, tetapi tingkat penurunannya mulai berkurang sejak Agustus,” kata Liu Jianwei, petugas statistik dari biro tersebut.
Secara nasional, tingkat penurunan bulanan pada September sebesar 0,2 persen, lebih rendah dari penurunan pada bulan Agustus. Penurunan itu berdampak pada naiknya penjualan rumah sebesar delapan persen pada bulan September. Menurut Liu, pihaknya masih akan melihat lagi bagaimana efek kenaikan penjualan itu terhadap harga hunian.
Pada bulan lalu, harga rumah baru di Beijing turun hingga 0,9 persen, sementara pada bulan Agustus, penurunan sebesar 1,2 persen. Sementara di Shanghai turun 1,1 persen, Shenzhen 0,9 persen, dan Guangzhou 1,4 persen. Dibandingkan kondisi pada bulan Agustus, penurunan di masing-masing kota itu sebesar 1,3 persen, 1,1 persen dan 1,3 persen. BSN juga menampilkan data bahwa dibandingkan setahun yang lalu penurunan harga rumah sudah terjadi di 58 kota. Jauh lebih banyak dari bulan Agustus yang kala itu hanya 19 kota. Tren penurunan harga ini terjadi dalam dua tahun belakangan.
Tolak ukur ini menjadi perhatian, sebab sejak awal tahun pasar masih mengalami kekurangan pasok akibat pengetatan kredit. Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan mengerem penurunan pasar real estat, Beijing mengubah arah kebijakannya. Pemerintah minta kepada bank sentral agar penyaluran KPR diperlonggar khususnya untuk pembeli rumah pertama. Selain itu pengertian rumah pertama diperluas dan biaya KPR diturunkan.
Tapi menurut sejumlah pengamat berbagai terobosan itu belum memberi dampak. Bank masih enggan memberi diskon suku bunga. Kendati bank sentral membolehkan pemberian diskon sampai 30 persen, perbankan hanya mau memberikan 10 persen. Itu pun untuk nasabah tertentu dalam jumlah terbatas.
Sumber: South China Morning Post
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.