www.peluangproperti.com

Survei yang dilakukan Houzz mencatat sebanyak 78 persen pemilik rumah di AS melakukan renovasi rumah untuk meningkatkan tampilan dan kualitas interior. Angka ini jauh lebih tinggi tinggi dibanding yang merenovasi untuk  membuat rumahnya lebih fungsional (54 persen) , meningkatkan nilai rumah (52 persen) dan meningkatkan kualitas peralatan rumah (47 persen).

Kenaikan harga rumah menjadi alasan dibalik tingginya angka renovasi rumah di Amerika Serikat. Para pemilik rumah lebih memilih untuk menginvestasikan uang mereka untuk memperbaiki dan meningkatkan fungsi rumah ketimbang membeli rumah baru.

Cheryl Di Cristofolo, seorang pemilik rumah di Springhill, Florida, contohnya. Awalnya ia berniat menjual dan membeli rumah berukuran lebih kecil untuk mendapatkan keuntungan. Sayangnya, keadaan pasar di Amerika Serikat saat ini tidak seperti yang dia harapkan.

"Harga meningkat sangat pesat. Untuk membeli rumah lebih kecil, sama biayanya dengan jumlah uang yang saya keluarkan untuk membeli rumah hasil kustomisasi delapan tahun lalu. Saya malah harus membeli dengan ukuran tanah lebih kecil, dan kualitasnya lebih rendah," ujarnya.
 

Cheryl tidak sendirian, banyak pemilik rumah yang enggan melepaskan rumah yang mendapatkan bunga rendah dalam pembayaran bulanan. Perbedaan harga rumah antara satu kota dengan kota lainnya seakan menjadi salah satu faktor penguat alasan tersebut. Sebagai perbandingan, USD 150 ribu sudah bisa mendapatkan rumah di Ohio tapi bila pindah ke Seattle  harus mengeluarkan uang yang lebih besar yaitu USD 650 ribu untuk memdapatkan rumah disana.

Leah Applewhite, seorang broker properti, mengatakan kecenderungan pemilik rumah yang suka berpindah-pindah berada di bawah usia 35 tahun. Mereka tentu saja baru berpikir untuk menetap saat sudah menikah atau memiliki anak.

Sumber : Huffingtonpost