Ekonom AS: Brasil di Ambang Bubble Properti
Setelah secara tepat memprediksi keruntuhan pasar properti Amerika Serikat, ekonom asal Universitas Yale, Robert Shiller menengarai Brasil akan mengalami hal serupa. Peraih Nobel ekonomi ini menjelaskan gelembung (bubble) properti di Negeri Samba tersebut di ambang mata. Indikatornya jelas, harga hunian naik dua kali lipat sejak Januari 2008. Lonjakan harga tersebut, kata Shiller, naik setiap bulan selama lima tahun terakhir.
Sementara Pemerintah Brasil, melalui Wakil Presiden Caixa, bank pelat merah pemberi pinjaman KPR, Teotonio Rezende, menyangkal gelembung akan terjadi. Menurutnya, kenaikan harga disebabkan tumbuhnya permintaan. Antara 1984-2002, nilai properti disusutkan. Lagipula, ada stagnasi ekonomi, karena hiperinflasi, upah rendah dan pengangguran tinggi.
"Jadi, apa yang telah kami lihat sejak itu adalah penyesuaian harga untuk pulih dari kehancuran," ujar Rezende.
Menurut data IMF, pinjaman KPR sekarang hanya menelan porsi 6,8% dari PDB Brasil. Jumlah ini masih rendah menurut standar internasional. Sementara utang negara ini justru meningkat delapan kali lipat dalam enam tahun terakhir.
Namun demikian, kasus Brasil berbeda dengan Amerika Serikat. Lonjakan harga properti justru didorong oleh pembelian secara tunai selama masa-masa hiperinflasi sampai awal 2009.
Terlebih, perbankan Brasil masih menetapkan persyaratan relatif ketat terhadap para peminjam KPR berupa deposit sejumlah besar uang sebagai down payment. Jadi, tidak seperti di AS, di mana bank tidak memperdagangkan efek beragun aset berisiko.
Selain Brasil, Shiller mencurigai bahwa gelembung perumahan juga dapat terjadi di pasar negara berkembang lainnya seperti China, Rusia, India, Kanada, Kolombia, Hongkong dan Taiwan.
Sumber : Kompas
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.