Developer Tetap Mengincar Properti Menengah Atas
funds
Kebutuhan akan rumah tinggal semakin hari semakin meningkat, hal ini di lihat dari banyaknya pembangunan perumahan yang sedang di lakukan oleh para pengembang properti. Untuk pasar properti menengah bawah masih sangat tinggi permintaannya, akan tetapi dengan tingginya permintaan perumahan sederhana belum sepenuhnya dilirik atau di incar oleh sebagian besar para pengembang properti.
Respon yang diberikan oleh para pengembang properti saat ini terhadap hunian menengah bawah masih datar saja atau minim peminat jika dibandingkan dengan hunian menengah atas, dimana pasar properti menengah atas jauh lebih banyak diminati oleh kalangan pengembang.
Ali Tranghanda selaku Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) menuturkan, bahwa untuk saat ini pengembang lebih tertarik bermain di segmen atas. Untuk properti perumahan yang masuk dalam kategori menengah bawah berkisar di angka kurang dari Rp300 juta, dan untuk pasar menengah di angka Rp300-750 juta, serta menengah atas diangka Rp750 juta-1 miliar, dan pasar properti paling atas di angka lebih dari Rp 1,5 miliar.
Jika diperhatikan, untuk saat ini kebanyakan Developer masih mengincar keuntungan besar dari pasar properti menengah atas dibandingkan dari segmen menengah dan bawah, dimana masing-masing memiliki keuntungan yang lebih rendah daripada sektor properti menengah. Walaupun kondisi pasar properti menengah sedang turun dibandingkan properti bawah yang semakin meningkat untuk jumlah permintaannya.
Apabila diperhatikan secara lebih teliti segmen menengah ini bisa membantu dan menjadi salah satu kunci penolong bagi para pengembang perimahan. Dicatat oleh pihak Bank Dunia tahun ini, bahwa masyarakat kelas menengah di Indonesia angkanya menaik menjadi 56,5% dari total populasi sebelumnyapada tahun 2003 sebesar 37,7%. Untuk segmen menengah ini, usia yang bisa dan dikatakan produktif yaitu usia 24-40 tahun, dan di usia seperti itu memiliki potensi untuk membeli rumah, atau menguasai pasar properti menengah di angka 31,34% dari total kelas menengah Indonesia.
Hal ini tentunya akan menjadi sebuah peluang yang akan sangat bagus untuk pasar properti menengah atas. Untuk potensi pasar dikelas menengah sebanyak 433.491 unit rumah per tahunnya, dengan kisaran harga di angka Rp 300 juta sampai Rp 1,5 miliar. Tapi, untuk stock dan ketersediaannya unitnya sendiri masih sangat kurang dan minim sekali. “Ucapnya.”
Sedangkan untuk pasar properti bawah, Pemerintah memberikan keringanan mulai dari program pemberian uang muka Kredit Pemilikan Rumah sebesar 1%, dan bunga ringan hanya sebesar 5% bagi penerima Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) atau KPR Subsidi hingga berupa bantuan uang muka dengan nominalnya sebesar Rp 4 juta per rumah. Untuk tahun 2016,diharapkan sekali kelas menengah menjadi lokomotif pertumbuhan properti.
Sumber : Detik
Usu inani perfecto quaestio in, id usu paulo eruditi salutandi. In eros prompta dolores nec, ut pro causae conclusionemque. In pro elit mundi dicunt. No odio diam interpretaris pri.